Kencan sekarang itu udah kayak window shopping: geser kiri geser kanan, like, match, DM. Jujur aja, di tengah arus itu gue sering kepikiran—apa yang berubah selain cara kita ketemu? Intinya, hati manusia masih sama. Yang berubah cuma mediumnya. Artikel ini bukan manifesto moral, cuma curahan pengalaman dan beberapa opini tentang etika kencan modern, plus satu kisah sukses digital yang bikin gue masih percaya sama kemungkinan cinta lewat layar.
Informasi: Etika Kencan di Era Aplikasi
Etika itu basicnya sederhana: kejujuran, respek, dan komunikasi. Di praktiknya, banyak hal baru yang muncul—ghosting, breadcrumbing, benching—yang sebenernya muncul karena kemudahan opsi. Kalau dulu cuma telepon dan kencan langsung, sekarang kita punya pilihan tanpa akhir. Gue sempet mikir, apakah banyaknya pilihan itu bikin kita lebih seenaknya? Jawabannya: kadang iya. Karena gampang match, kadang orang lupa menyelesaikan percakapan dengan baik. Etika kencan modern berarti membalas pesan, memberi tahu kalau nggak tertarik, dan nggak mempermainkan harapan orang lain.
Opini: Kejujuran Itu Keren, Bukan Berat
Gue percaya kejujuran itu bukan romantisme kuno—itu memang pilihan bijak. Misal, kalau lo lagi nggak mau pacaran serius, bilang aja. Kalau lagi mutusin satu orang karena lagi fokus karier, bilang juga. Banyak yang takut jujur karena takut bikin suasana awkward, tapi jujur aja: awkward sesaat lebih baik daripada drama berkepanjangan. Dan jangan lupa batasan digital—nge-tag pasangan mantan di story cuma karena “iseng” bisa berdampak. Etika juga soal tanggung jawab digital terhadap perasaan orang lain.
Nah Lo, Jangan Jadi Ghostbuster: Etika Anti-Ghosting (sedikit lucu tapi serius)
Ghosting itu ibarat tiba-tiba ngilang dari grup WhatsApp tanpa kata-kata—berasa kayak nyalain mode pesawat di hubungan. Lucu juga kalau kita ngomongin “mencari sinyal hati” di era digital, tapi kenyataannya ghosting nyakitin. Solusi simpel: kalau lo putus, kasih closure. Kalimat singkat pun cukup: “Maaf, gue ngerasa nggak cocok lanjutin.” Simple, clear, dan jauh dari drama. Lagian, siapa juga yang mau dieliminasi tanpa penjelasan?
Kisah Nyata: Swipe yang Bukan Sekadar Like
Ada temen gue, Dita, yang awalnya skeptis sama aplikasi kencan. Dia cerita suatu malam ke gue, “Gue daftar cuma iseng pas lagi nongkrong, terus match sama seseorang yang nulis bio lucu banget.” Mereka ngobrol lama, lalu memutuskan ketemu. Yang bikin beda: dari awal doi jujur bahwa dia baru pulih dari hubungan lama dan butuh waktu. Dita pun jujur soal ekspektasinya. Mereka setuju buat santai dulu, no pressure. Enam bulan kemudian, mereka resmi pacaran. Gue sempet mikir, ini bukti bahwa kombinasi kejujuran dan sedikit keberanian bisa bikin sesuatu yang nyata dari swipe yang awalnya sepele.
Oh ya, platformnya lucu juga—si doi sempat kirim link profilnya yang unik, sampai-sampai Dita masih ketawa kalo nyebut richmeetbeautifullogin sebagai “asal mula cerita kita.” Detail itu kecil, tapi jadi kenangan yang bikin mereka smile tiap kali mengingat awal hubungan. Cerita ini nggak mau bilang semua orang bakal beruntung, tapi dia nunjukin bahwa etika sederhana bisa membuka jalan buat koneksi yang lebih sehat.
Selain itu, penting buat sadar bahwa kencan digital juga memerlukan keamanan—jangan kasih info pribadi sembarangan, atur pertemuan di tempat umum, dan trust your gut. Etika di sini juga termasuk tanggung jawab atas data diri kita; jangan mudah share lokasi atau informasi sensitif cuma karena lagi terbuai obrolan seru.
Di sisi lain, ada juga keuntungan positif: kencan digital membuka akses ke orang-orang di luar lingkaran biasa, memungkinkan kita ketemu yang punya minat sama, dan kadang mempermudah orang introvert buat ekspresikan diri lebih dulu sebelum ketemu langsung. Jadi jangan cuma nyalahin aplikasinya.
Kesimpulannya, swipe itu alat, bukan tujuan akhir. Etika kencan modern itu soal memperlakukan orang lain dengan basic human decency—kejujuran, batasan yang jelas, dan empati. Dan kalau mau kasih sedikit keberanian untuk nge-swipe dan jujur, siapa tau hati yang sama beneran nempel, meski cara ketemunya beda.
Jadi, kalau lo lagi gelisah soal dunia kencan digital: tarik napas, tentukan batas, dan kasih kabar. Dunia ini penuh peluang, tapi tetap perlu etika. Biar cinta yang tumbuh bukan cuma karena algoritma, tapi karena niat baik dua orang.