Aku ingat pertama kali download aplikasi kencan. Layar penuh wajah-wajah asing, bio yang lucu-lucu, dan notifikasi yang langsung bikin jantung berdegup. Rasanya seperti supermarket emosi: banyak pilihan, cepat, dan kadang bikin pusing. Dari situ aku belajar bahwa selain swipe dan foto yang bagus, ada hal lain yang lebih penting: etika kencan modern. Bukan cuma aturan formal, tapi kebiasaan kecil yang bikin prosesnya lebih manusiawi.
Kenapa Etika Itu Penting?
Ngomong soal etika terdengar berat, ya. Tapi sebenarnya sederhana: itu tentang menghargai waktu, perasaan, dan batasan orang lain. Di dunia di mana ‘seen’ bisa berarti diterima atau diabaikan, sopan santun digital jadi penentu. Misalnya, kalau kamu nggak tertarik setelah beberapa chat, bilang saja dengan jujur. Jangan ghosting — itu perbuatan yang pernah bikin aku marah besar sampai lupa makan siang.
Aku percaya etika juga termasuk transparansi soal intensi. Mau cari yang serius, teman kencan, atau cuma obrolan? Katakan. Jangan bikin orang lain menebak-nebak. Ini bukan soal etiket kuno, tapi tentang menghormati orang sebagai manusia. Dan ya, ada aplikasi yang membantu mempertemukan orang dengan tujuan yang jelas. Beberapa temanku pernah mencoba situs seperti richmeetbeautifullogin dan mengaku nyaman karena fitur-fiturnya mendukung verifikasi dan komunikasi yang terbuka.
Swipe, tapi Jangan Asal Nembak
Kalau kita jujur, swipe itu adiktif. Satu tangan cek profil, tangan lain nyruput kopi. Kadang aku sengaja swipe-swipe tanpa memperhatikan bio. Salahku. Bio itu sebenarnya petunjuk. Ada yang menulis “petualang, suka kucing, nggak mau drama” — itu jelas. Jadi ketika kamu mulai chat, ambil waktu baca dulu. Kirim pesan yang relevan. Bukan “Hai” atau “Kamu cantik” yang generic.
Pesan pembuka yang bagus nggak perlu panjang. Bisa tanya tentang foto hiking mereka, komentar tentang lagu di bio, atau lelucon ringan yang nggak menghakimi. Jika mereka balas, teruskan percakapan dengan empati. Kalau jawabannya singkat, mungkin mereka sedang sibuk — tunggu. Kalau setelah beberapa kali chat tetap datar, itu tanda untuk mundur dengan sopan.
Aturan Kecil yang Sering Dilupakan
Ada beberapa aturan yang selalu aku ingat dan sering kugunakan sendiri. Pertama, jangan memaksakan video call di kencan pertama kalau lawan bicara belum nyaman. Kedua, atur pertemuan pertama di tempat umum. Keselamatan itu prioritas; jangan anggap remeh. Ketiga, jangan memanipulasi emosi — misalnya pura-pura butuh nasihat cuma untuk mendekatkan diri. Itu kejam.
Kejujuran soal foto juga penting. Filter boleh, bohong tidak. Aku pernah ketemu seseorang yang fotonya sangat diedit. Ketika bertemu langsung, rasanya aneh dan seperti dikhianati. Kalau kamu ingin hubungan yang sehat, mulai dari kejujuran kecil. Dan yang terakhir: komunikasi pasca-kencan. Kalau kamu enjoy, bilang. Kalau nggak, bilang juga. Itu sopan, anak muda.
Sebuah Kisah yang Membuatku Berharap
Aku punya teman, sebut saja Rina. Dia sempat patah hati beberapa kali karena ghosting. Tapi suatu hari dia bertemu Dito di sebuah grup diskusi musik yang bermigrasi ke aplikasi kencan. Mereka mulai chat tentang vinyl lawas dan rekomendasi kafe untuk mendengarkan jazz. Mereka bercanda, bertukar playlist, lalu setuju bertemu di kafe kecil yang punya lampu boneka di jendela — detail yang membuat cerita ini manis.
Pertemuan pertama? Santai. Mereka ngobrol dua jam tanpa melihat jam. Setelah itu, mereka punya aturan sederhana: jujur soal perasaan, komunikatif soal rencana, dan selalu memastikan satu sama lain merasa aman. Sekarang, setahun kemudian, aku sering lihat foto mereka di Instagram, kadang dengan kucing, kadang di konser kecil. Mereka nggak terkesan sempurna, tapi otentik. Itu yang membuatku percaya lagi bahwa digital love bisa berhasil jika dibalut etika dan kesungguhan.
Jadi, kalau kamu masih ragu buat nyobain aplikasi, lakukan dengan kepala dingin. Swipe dengan sopan. Chat dengan empati. Ketika akhirnya ketemu, bawa etika itu juga. Kencan modern bukan hanya soal teknologi; itu soal bagaimana kita memilih untuk menjadi manusia yang baik di dunia yang serba cepat ini.