Swipe, Saring, Setia: Etika Kencan Digital dan Kisah Cinta yang Berhasil

Swipe, Saring, Setia: Etika Kencan Digital dan Kisah Cinta yang Berhasil

Aku masih ingat pertama kali aku menggeser ke kanan. Jantung agak cepat, jempol berkeringat, dan ada rasa seperti membuka kotak hadiah yang mungkin isinya sabun. Lucu, karena di layar itu sebenarnya cuma foto, beberapa kata bio, dan sesekali meme buruk. Tapi di balik layar itu ada manusia, dengan sejarah, kebiasaan nonton malam minggu, alergi kacang, dan ekspektasi yang seringkali tidak kita tulis di profil.

Jangan Cuma Swipe: Beri Waktu Buat Menyaring

Saring. Kata ini sering terdengar seperti nasihat yang membosankan, namun sebenarnya ini etika dasar: jangan hanya menilai dari cover. Luangkan waktu membaca bio—bahkan kalau cuma satu kalimat—karena dari situ sering ketahuan apakah kita punya nilai yang selaras. Aku suka membandingkan proses ini dengan memilih kopi di kedai: aroma dulu, rasa kemudian. Ada orang yang jelas-jelas menulis “no drama”, atau “benci kebohongan”. Itu adalah sinyal etis yang harus dihormati.

Praktiknya? Jangan screenshot foto tanpa izin. Jangan mengirim pesan vulgar ke orang yang baru dikenal. Saya pernah dapat DM yang langsung memulai dengan ajakan explicit—langsung saya block. Bukan karena saya sok suci, tapi karena itu tidak sopan dan membuat ruang digital jadi tidak aman. Bahkan di platform seperti richmeetbeautifullogin atau aplikasi lainnya, norma sopan santun tetap berlaku.

Aturan Ringan yang Membuat Semua Lebih Nyaman (Santai Tapi Tegas)

Ada beberapa aturan praktis yang aku pegang: jangan ghosting tanpa sedikit penjelasan, jangan berjanji lalu menghilang, dan kalau kamu merasa tidak siap bertemu langsung, jujurlah. Simpel. Tapi penting. Ghosting adalah hal yang sering dikeluhkan—seperti ngilangnya pesan terakhir dalam percakapan; ada ruang kosong yang bikin bertanya-tanya selama berminggu-minggu. Sebuah “maaf, aku tidak cocok” terasa kecil namun menyembuhkan lebih baik daripada diam.

Saat aku dan dia mulai texting, kami sepakat: tidak mengirim screenshot percakapan ke orang lain tanpa persetujuan. Itu tampak kecil—tapi menjaga privasi itu etika. Ketika seseorang memberi kepercayaan, ia menyerahkan bagian dari narasinya. Hormati itu.

Kisah Nyata: Dari Match ke Malam yang Tak Terduga

Biar aku cerita sedikit. Namanya Raka. Kami match karena masing-masing suka hujan dan playlist lo-fi. Obrolan pertama kami ringan—tentang pizza dan buku yang tidak sempat dibaca. Setelah beberapa hari bertukar pesan, kami memutuskan ketemu di pasar loak malam (ada alasan sentimental: aku suka barang bekas). Dia datang dengan jaket denim dan topi yang sedikit aneh. Aku membawa termos kopi. Percakapan mengalir, ada jeda tanpa canggung, dan kami tertawa pada hal-hal kecil—seperti seorang penjual piring yang berteriak harga seperti radio usang.

Malam itu bukan film romcom. Tidak ada semburat sinar matahari. Hujan datang, menambah aroma aspal, dan kami berlari berteduh sambil berbagi payung kecil. Momen itu sederhana tapi nyata. Kami pulang dengan janji untuk bertemu lagi. Lima tahun kemudian, kami masih punya foto payung itu di ponsel—dan setiap kali melihat, aku teringat etika yang membuat pertemuan itu mungkin: kejujuran, rasa hormat, dan kesadaran bahwa di balik profil ada manusia yang layak diperlakukan baik.

Oh iya, kami juga sepakat sejak awal soal hal-hal dasar: bagaimana kami berkomunikasi saat marah, frekuensi bertemu, dan batasan sosial media. Menetapkan itu di awal itu membantu kami tetap setia bukan karena paksaan, tapi karena kita memilih hal yang sama.

Penutup: Setia itu Pilihan, Bukan Otomatis

Di era digital ini, kencan adalah kombinasi antara keterampilan memilih (saring), etika dalam berinteraksi (berkencan dengan sopan), dan komitmen nyata (setia). Swipe itu mudah—setia jauh lebih sulit. Tapi kalau kita mulai dari kejujuran kecil, saling menghormati, dan keberanian untuk bicara ketika sesuatu tidak beres, kemungkinan menemukan hubungan yang sehat meningkat drastis.

Kalau kamu sedang jenuh dengan aplikasi kencan, coba istirahat dulu. Bicaralah lebih jujur di bio. Tandai nilai yang penting buatmu. Dan ketika ketemu orang baru, perlakukan dia seperti kamu ingin diperlakukan. Itu bukan aturan mati, hanya etika sederhana yang membuat dunia kencan digital sedikit lebih manusiawi.